SYARAT
TUMBUH
Tanaman melon
memerlukan curah hujan antara 2000-3000 mm/th dengan ketinggian tempat yang
optimal 200-900 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per
hari. Suhu optimal untuk perkecambahan berkisar 28°-30°C,
untuk pertumbuhan vegetatif 20-25°C
dan untuk pembungaan >25°C.
Rasa melon yang manis akan
tercapai apabila selisih suhu antara siang dan malam cukup tinggi.
|
|
Suhu pada siang hari untuk pembesaran 26°C
sehingga dapat meningkatkan fotosintesis.Sedangkan suhu malam harinya <20°C
untuk menekan proses respirasi cadangan makanan. Air sangat dibutuhkan oleh
tanaman ini karena 90% kandungan melon
terdiri dari air.
Lokasi pertanaman melon sebaiknya bukan bekas lahan tanaman melon atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2
tahun untuk diperoleh hasil yang optimal.
|
PERSIAPAN
TEKNIS
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan
jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah
6,5). Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH
tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
PELAKSANAAN
BUDIDAYA
Persiapan
Lahan
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan
penggaruan tanah, Pembuatan bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm, tinggi
40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200
kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian
pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15
sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan
bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, persiapan
selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm
x 60 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm dan kemudian
dilakukan pemasangan ajir. Pemasangan ajir yang dianjurkan dengan sistem ajir
tegak supaya kelembaban tanaman terjaga, masing2 ajir dihubungkan dengan
gelagar. Gelagar ini disamping menghubungkan ajir yang satu dengan lainnya
juga berfungsi sebagai tempat penggantungan buah. Agar serangkaian ajir tersebut
menjadi kuat pada ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir dipasang ajir penguat
membentuk sudut ± 45°.
Persiapan
Pembibitan dan Penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau
sungkup pembibitan untuk melindungi bibit yang masih muda. Kemudian
menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk
kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai.
Sebelum melakukan penyemaian benih, sebaiknya benih direndam dalam larutan
fungisida sistemik berbahan aktif simokanil atau metalaksil dengan dosis ½ dari dosis terendah yang dianjurkan pada
kemasan selama ±
6 jam, baru kemudian benih disemai pada media. Untuk mempercepat
perkecambahan benih permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga
menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan
apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan
plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan
dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka
secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah dan dilakukan
setiap pagi. Penyemprotan dengan fungisida
berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid pada
umur 8 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit
yang sudah memiliki 4 helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke lahan.
Pemeliharaan
1.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2
minggu. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam
mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Dan akan berpengaruh terhadap
pengendalian hama penyakit.
2.
Pengikatan
dan Pemangkasan Tanaman
Tanaman melon
termasuk tanaman merambat dengan pertumbuhan yang cepat, untuk itu sedini
mungkin harus sudah segera diikatkan pada ajir, pengikatan dilakukan setiap
jarak 40 cm.
Pemangkasan tanaman bertujuan untuk memelihara
cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Agar sirkulasi udara di sekitar arel
pertanaman lancar maka dianjurkan memelihara satu cabang utama. Pemangkasan cabang
lateral dimulai dari ruas ke-1 sampai ke-6. Cabang lateral pada ruas ke-7
sampai ke-10 dipelihara sebagai tempat bakal buah. Bakal buah diseleksi saat
ukuran buah minimal sebesar telur, dipilih 2 buah yang sempurna. Setelah
dilakukan seleksi buah cabang lateral yang buahnya dipelihara dipangkas
dengan menyisakan 3 helai daun diatasnya. Sedangkan cabang lateral yang
buahnya tidak dipelihara, yang satu dipangkas pada ruas ke 2 dan yang satunya
lagi dipelihara sebagai cadangan daun untuk mengantisipasi kekurangan daun
akibat serangan hama penyakit. Pemangkasan cabang lateral dilanjutkan pada
ruas ke-12 sampai ke-33. Ujung cabang utama diatas ruas ke 33 kemudian
dipangkas.
Buah melon
perlu diikat pada gelagar untuk membantu batang tanaman menyangga beban
buah. Pengikatan dilakukan pada cabang lateral yang berhubungan dengan
tangkai buah membentuk huruf T.
3.
Sanitasi
Lahan dan Pengairan
Sanitasi
lahan pada budidaya melon meliputi
: pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak
muncul genangan, pemangkasan daun dan pencabutan tanaman yang terserang hama
penyakit.
Pengairan
diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali
jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas
penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
4.
Pemupukan
Susulan
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada
umur 15 hst, 25 hst dan 35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dan 1kg ZK
dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman diberikan 200ml.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan
pada umur 7 hst dan 24 hst, sedangkan kandungan Phospat, kalium dan mikro
tinggi diberikan umur 20 hst, 30 hst dan 45 hst.
5.
Defisiensi
Unsur Hara
Kalium.
Tanaman melon memerlukan unsur
hara kalium dalam jumlah yang sangat banyak. Unsur ini berperan dalam
penyusunan protein dan karbohidrat. Selain itu pemberian unsur kalium yang
cukup juga akan meningkatkan kualitas buah serta meningkatkan ketahanan
tanaman baik terhadap serangan hama penyakit maupun kekeringan. Kekurangan
kalium ditandai dengan gejala tepi daun menjadi kuning muda, kemudian berubah
menjadi kecoklatan, akhirnya robek seolah bergerigi. Untuk mengatasi
kekurangan unsur hara ini dapat dikocor KNO3, dan dapat pula dilakukan penyemprotan
pupuk daun yang mengandung kalium tinggi, misalnya pupuk MKP (Mono Kalium
Pospat).
Magnesium.
Tanaman melon juga
membutuhkan unsur magnesium dalam jumlah yang relatif banyak. Unsur ini
berfungsi unsur membentuk klorofil (zat hijau daun) dan mengaktifkan
enzim-enzim dalam proses metabolisme. Kekurangan unsur ini ditandai dengan
klorosis diantara tulang daun, warna daun menguning, terdapat bercak merah
kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi
kekurangan unsur ini dapat dengan pengapuran dan penyemprotan pupuk daun yang
mengandung magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.
6.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
a.
Hama
1.
Gangsir
Gangsir
menyerang batang tanaman muda terutama pada tanaman yang baru saja pindah
tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, dengan memotong batang tanaman
tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah dengan membuat
liang pada tanah, keberadaan gangsing dapat dicirikan adanya onggokan tanah
pada muka liang. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida
berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
2.
Ulat Tanah
Hama
jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya
bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang
batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering
dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.
3.
Ulat Grayak
Ulat
grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak,
ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
4.
Ulat Jengkal
Gejala
serangan ulat ini ditandai pada tepi daun muda terdapat bekas gigitan
serangga yang makin lama makin makin ke tengah hingga tersisa tulang daunnya.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera
pada kemasan.
5.
Thrips
Serangan
thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman yang
terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan
daun yang terserang mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil.
Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
6.
Kutu Daun
Kutu
daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari
kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang
mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman
menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan
aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir,
sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera
pada kemasan.
7.
Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya
diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap
cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama
ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam,
imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
8.
Tungau
Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap
cairan daun. Daun yang terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta
pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau
kuning. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
akarisida berbahan aktif propargit,
dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
9.
Kumbang Daun
Kumbang
daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai dengan adanya bekas
gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada daun. Selain
merusak daun kumbang ini juga merusak bunga melon. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera
pada kemasan.
10.
Lalat Buah
Lalat
betina dewasa menyerang buah melon
dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah
menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah melon sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian
lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil
eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi
horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai
lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif
metomil. Selain itu juga dapat
dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau
dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
11.
Tikus
Tikus
menyerang buah melon pada malam
hari, pada siang hari biasanya hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara
pengendaliannya dapat dengan memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida,
campuran ini ditaruh di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai dengan
adanya sisa-sisa makanan baru pada lubang atau terlihat bekas dilalui
tikus. Selain itu bisa juga dengan
cara, pada lubang sarang aktif diberi kabit, dan disiram dengan air kemudian lubang
ditutup dengan tanah agar gas yang ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.
12.
Nematoda
Serangan
nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing
tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit yang
menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah yang akhirnya
menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk
phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian nematoda
adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram
pada lubang tanam.
b.
Penyakit
1.
Rebah Semai
Rebah
semai biasa menyerang tanaman melon
pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik
berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit,
atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
2.
Layu Bakteri
Penyakit
ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya
pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan
tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan
secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan
aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara
biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst
dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh
wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
3.
Layu Fusarium
Gejala
yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri, yang membedakan hanyalah
penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian
yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman
yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara
kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau
propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai
pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan
lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida
organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada
kemasan.
4.
Busuk Phytopthora
Penyakit
ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan
bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan
tanaman layu. Daun melon yang
terserang seperti tersiram air panas. Buah yang terserang ditandai dengan
bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian
secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau
dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.
5.
Gummy Stem Blight
Penyakit
ini bermula dari bagian bawah batang tanaman yang nampak seperti tercelup
minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat dan akhirnya
tanaman mati. Daun yang terserang ditandai dengan bercak bundar melekuk ke
dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun akan mengering.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan
aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf,
difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb.
6.
Powdery Mildew
Gejala
diawali dengan bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian
bawah daun. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun
bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau
tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin,
atau mankozeb.
7.
Downy Midew
Terdapat
bercak berwana kuning muda pada permukaan daun yang dibatasi oleh tulang daun,
sedangkan pada permukaan bagian bawahnya terdapat massa spora yang berwarna
kehitaman. Pada serangan yang parah terjadi pembusukan tulang daun yang
akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara kimiawi menggunakan
fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil,
metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida
kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.
8.
Antraknosa
Antraknosa
sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua
bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat
muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak
melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat
memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak
bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan
membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan
fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.
9.
Kudis (scab)
Serangan
pada buah muda akan tampak bercak berwarna hijau-cokelatan melekuk ke dalam,
bagian pinggirnya mengeluarkan cairan yang akan mengering seperti karet. Pada
buah tua serangan penyakit ini akan membentuk kudis bergabus yang berwarna
cokelat, tetapi proses pematangan buah tidak mengalami hambatan. Namun
setelah dipanen, cendawan akan aktif dan buah mudah membusuk. Pada daun yang
terserang akan terlihat bercak cokelat kebasah-basahan dan mengeluarkan
lendir. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda,
simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga,
mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.
10.
Bercak Daun
Penyakit
ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim
hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena
dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta
bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif
kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai
pada kemasan.
11.
Virus
Virus
merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada
musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman
yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan.
Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini
ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular.
Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah
thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan
sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan
terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus antara
lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan
hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus, kebersihan
alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat
melakukan penanganan terhadap tanaman.
Strategi
Pengendalian Hama dan Penyakit :
-
Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan secara
bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang
tanam.
-
Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul,
tungau, kumbang daun dan lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang
tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan
aktif yang sama secara berturut-turut).
|
PANEN
Umur panen buah melon sangat bervariasi,
yaitu antara 55-85 hst (hari setelah tanam). Faktor yang paling berpengaruh
terhadap umur panen adalah genetik dan lingkungan. Buah melon dengan varietas yang berbeda akan memiliki umur panen yang
berbeda pula sekalipun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama. Dan
sebaliknya, varietas melon yang
sama akan memiliki umur panen yang berbeda andaikata ditanam pada kondisi
lingkungan yang berbeda, terutama ketinggian tempat.
0 comments:
Post a Comment